Monday, May 23, 2011

RINDAM JAYA #pelatihanPM2

Sepenggal kisah dari pelatihan pengajar Muda Indonesia Mengajar.
Gerakan mengisi kekurangan tenaga pengajar di pelosok2 di sebut Gerakan Indonesia Mengajar.

Para peserta Indonesia Mengajar disebut dengan Pengajar Muda atau PM. Saya mengikuti gelombang ke dua Gerakan ini, maka sering pula dipanggil sebagai PM 2.

Banyak sekali kisah lucu, haru dan inspiratif selama mengikuti pelatihan di Indonesia Mengajar. Salah satu kisah yang paling gue ingat adalah saat kami mengikuti pelatihan militer di Rindam Jaya. Di tempat ini, kami diajarkan tentang kedisiplinan, kekompakan, toleransi, keberanian dan ketahanan tubuh.

Hari pertama kedatangan kami di sana, kami disambut oleh wajah-wajah ramah para pelatih. Kami menjalani medical check up yang bertujuan untuk memeriksa apakah kondisi tubuh kami cukup sehat untuk di”siksa”. Setiap PM tidur di Barak, barak putri berisikan 43 orang wanita sedangkan barak putra dihuni oleh 30 PM pria. Setiap barak memiliki 2 kamar mandi besar yang digunakan bersama. Agak illfeel dengan wc-nya. Karena berkerak hitam dan kotor tak terawat. Tapi apalah daya, kami memang sedang belajar untuk bisa beradaptasi dengan semua kondisi jadi terima saja dengan lapang dada.

Wajah para pelatih yang ramah, berubah 180 derajat setelah upaca pembukaan dimulai, karena sejak saat itulah kami resmi menjadi murid mereka. Setiap kali makan, kami hanya diberi waktu 3 menit untuk menghabiskan makanan kami dan WAJIB habis!!!!!
Pada awal pertama kali kami makan malam di Rindam, beberapa PM mengambil makanan dalam porsi besar karena sudah seharian kami lelah serta tak ada lagi cadangan makanan yang bisa kami makan nantinya. Begitu pluit dibunyikan kami harus mulai makan danhanya diberi waktu 3 menit untuk menghabiskan makanan kami atau kami akan dapat hukuman. Panik melanda kami semua, bahkan nasi yang kumakan tak sempat lagi dikunyah. Setelah masuk ke dalam mulut, langsung ditelan dengan bantuan air. Selesai menghabiskan jatahku, aku harus membantu beberapa PM untuk menghabiskan makanannya sebelum waktu makan habis. Rasa tercekik dan takut membilur di setiap kami. Berawal dari situlah kami belajar banyak hal: belajar untuk tidak serakah, belajar untuk bahu membahu & saling membantu, belajar menghargai waktu dan menghargai setiap nikmat yang kami miliki.

Hal lain yang paling berkesan adalah waktu mandi. Setelah seharian berkeringat, bermandi lumpur atau apapun kegiatan yang kami miliki, kami hanya memiliki 15 menit untuk mandi dan berganti pakaian. 15 menit untuk 43 wanita dengan 2 kamar mandi yang cukup besar tanpa sekat. Hahaha, kejadian mandi ini menjadi peristiwa paling chaos.

Satu kamar mandi berukuran 4 X 2 meter itu dapat diisi 10-15 PM. Kami bahkan sudah tak perduli lagi bertelanjang satu sama lain. Keadaan kamar mandi sangat kacau. Kacau bergiliran memakai gayung, setiap kali mandi selalu ada baju yang jatuh dan basah (berharap saja, itu bukan milikmu). Maklumlah gantungan baju di kamar mandi itu hanya sebuah pipa pendek tempat semua pm menggantungkan handuk dan pakaian dalamnya. Selama kami mandi, tak henti ketokan pintu dari PM lainnya yg menunggu giliran mandi, dengan badan setengah kering (dan mungkin juga setengah bersih) kami harus bergegas menggunakan baju PDL (pakaian tentara lengkap denagn sepatunya yang keras dan berat). Hihihi geli perutku bila teringat hal itu....

Banyak hal lain yang kami lalui, termasuk latihan turun tebing, jalan satu tali, caraka malam, PBB, merayap melewati padang rumput, berlari, upacara bendera, team building dan kegiatan lainnya. Namun semuanya itu mengajarkan kami nilai-nilai kedisiplinan, kekompakan, toleransi, keberanian, saling menghargai dan ketahanan.
Nilai nilai inilah yang akan menjadi modal dasar kami untuk hidup dan mengajar di daerah pedalaman.

Disiplin dan ketahanan fisik mengajarkan kami untuk teguh menjalani tugas kami walau tidak ada pengawas dan minim fasilitas nantinya. Toleransi dan rasa menghargai membantu kami untuk dapat berinteraksi dengan baik dengan masyarakat sekitar, dimana kami bukan sekedar mengajar tapi juga membawa perubahan paradigma pada masyarakat akan pentingnya pendidikan. Kekompakan akan menjadi obat penawar rindu dan pemberi harapan, pengingat bahwa saya tidak sendiri, ada 72 orang lainnya yang juga melakukan hal yang sama, mengajar INDONESIA.

No comments: